Minggu, 26 April 2009

PASAR PIYUNGAN YOGYAKARTA JADI PERCONTOHAN PASAR TRADISONAL

Bentuk dan kondisi pasar tradisional yang selalu memiliki kesan becek, kumuh dan kotor perlahan mulai luntur. Hal ini dilakukan untuk menjaga persaingan dengan pasar modern.
Dalam kunjungan kerja (Kunker) Komisi VI DPR ke Yogyakarta, Ketua Tim Kunker Totok Daryanto (F-PAN) dalam perbincangan dengan Parlementaria menjelaskan bahwa di pasar tradisional di wilayah Piyungan dapat menjadi contoh bagi pasar-pasar tradisional lainnya.
“Pasar Tradisional Piyungan Yogyakarta adalah pasar tradisional yang baru yang tidak kalah dengan pasar modern, dimana konstruksinya di design dengan baik dengan penerangan dari atas atap,” katanya saat meninjau Pasar Tradisional Piyungan Yogyakarta, Kamis (12/3).
Menurutnya, Pasar Tradisional Piyungan di design dengan penerangan dari atap untuk menghemat listrik dan membuat kondisi pasar lebih terang. Namun demikian, hal itu membuat cuaca di pasar semakin panas.
“Karena itu mungkin diatasi dengan cara-cara kearifan lokal misalnya dengan pasang terpal atau pasang apa begitu walaupun keindahannya berkurang, tetapi dari segi fungsinya bisa mengurangi panas,” jelas Totok.
Lebih jauh, ia menilai kesan pasar tradisional yang kumuh dan minim penerangan akan pudar seiring perbaikan kondisi pasar. Totok menambahkan, konstruksi yang sudah di design tidak perlu diubah karena dari sisi penerangan seperti saat ini merupakan yang paling pas.
“Kalau diubah nanti menjadi gelap dan akibatnya listrik menjadi mahal,” terangnya.
Totok menegaskan hal penting dari kondisi pasar tradisional yang tidak boleh dilupakan adalah sisi keindahan dan kebersihan. Ia berharap keindahan dan kebersihan pasar tradisional membuat minat masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi semakin meningkat dan memberi dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan.
“Yang penting keindahannya, kebersihannya perlu diperhatikan agar kenyamanan dari para pelanggan atau konsumen pasar itu ada,” tutur Totok.
Ia menilai Pasar Tradisional Piyungan sudah lebih baik dan bagus. Keberadaan pasar yang telah membaik membuat pedagang bergairah dalam menjalankan aktivitasnya. “Senang sekali karena pasar yang baru ini ditempati sudah tidak seperti yang dulu lagi, tidak bau dan tidak becek,” jelas Totok.

Tidak Dipungut Biaya
Keberadaan Pasar Tradisional Piyungan yang memberi kenyamanan bagi pedagang dan pembeli diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Namun demikian, masih ada sejumlah kios yang belum ditempati pedagang.
“Kios-kios ini ‘kan harganya murah sekali dan sangat murah. Para pedagang lama masuk atau pindah ke pasar yang baru ini tidak dipungut biaya, jadi para pedagang lama tidak dipungut biaya sama sekali,” jelas Totok Daryanto.
Ketua Tim Kunker Komisi VI DPR ke Yogyakarta menjelaskan bahwa pembangunan Pasar Tradisional Piyungan mendapat dana sebesar Rp 19 Miliar yang berasal dari APBN.
Untuk mempercepat aktivitas perdagangan di Pasar Tradisional Piyungan diperlukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, baik yang ingin menjadi pedagang maupun pembeli. Kondisi pasar yang nyaman diharapkan menjadi daya tarik tersendiri.
“Karena memang yang namanya pasar tradisional ini ‘kan perlu sosialisasi kebiasaan yang nanti lama-lama mereka juga akan tahu tempat disini dan akan lebih suka disini,” katanya seraya menambahkan kebersihannya, keindahan dan keamanan tetap terjaga.
Menurut Totok, kebersihan, keindahan dan keamanan pasar harus terus dipertahankan. “Apalagi harga-harga yang ada di pasar tradisional itu masih tetap dengan harga yang murah yang dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat banyak,” katanya.
Lebih jauh, ia berharap keberadaan Pasar Tradisional Piyungan dapat dipertahankan. Menurutnya Pasar Tradisional Piyungan dapat dijadikan contoh bagi keberadaan pasar tradisional di daerah lain.
“Saya berharap pasar-pasar seperti ini bisa dipertahankan dan ada alokasi anggaran dari pemerintah pusat lebih banyak sehingga pasar-pasar tradisional tidak kalah bersaing dari pasar modern,” katanya. (iwan) - sumber dpr.go.id

Sabtu, 25 April 2009

Mendag Resmikan Pasar Piyungan

mendag1KP Menteri Perdagangan Republik Indonesia Mari Elka Pangestu meresmikan Pasar Piyungan Senin pagi. Dalam sambutannya Mari mengatakan pembangunan Pasar Piyungan menggunakan APBN senilai 23 miliar rupiah. Dengan alokasi dana yang cukup besar tersebut Mari berharap Pasar Piyungan akan menjadi kebanggaan Departemen Perdagangan dan Pememrintah Kabupaten Bantul. Pasar Piyungan juga akan menjadi percontohan bagi pasar-pasar tradisional lain yang akan dibangun di Indonesia. Mari menambahkan survey yang dilakukan beberapa lembaga survey nasional menunjukan animo belanja masyarakat ke pasar tradisional sangat tinggi. Dalam peresmian tersebut Mari juga mensosialisasikan Minyakita kepada warga setempat. Warga dapat langsung membeli Minyakita seusai peresmian dengan harga 6.000 rupiah per liter. Jauh lebih murah dibanding harga minyak goreng di pasaran sekitar 7.500 rupiah per liter.

Sementara itu Bupati Bantul Idham Samawi yang ditemui seusai peresmian mengatakan Pasar Piyungan lama luasnya hanya 4.000 meter persegi sehingga tidak cukup menampung pedagang. Pasar Piyungan memiliki kapasitas 1.200 pedagang dengan pedagang lama yang menjadi prioritas sebanyak 933 pedagang. Sedangkan pedagang baru akan diundi dan mulai berdagang di Pasar Piyungan setelah satu bulan pedagang lama berjualan. Pedagang lama akan boyongan ke pasar baru 26 Februari 2009. Berkaitan dengan penjualan Minyakita, Idham mengatakan penjualan akan difokuskan di pasar tradisional untuk meningkatkan kesejahteraan pedagang minyak goreng. Idham menambahkan harga Minyakita yang cukup murah dapat meringankan pemerintah darah karena tidak perlu memberikan subsidi. (lia)

Pasar Baru Piyungan

Gempa 27 Mei 2006 telah menghancurkan pasar Piyungan. Pasar Piyungan berada sangat strategis karena merupakan kawasan perlintasan ekonomi yakni sebagai pintu gerbang menuju kota Yogyakarta dari arah Wonosari Gunungkidul dan Solo Jawa Tengah.
Gempa berkekuatan 5,9 SR tersebut telah menghancurkan semua bangunan dan barang dagangan milik para pedagang pasar. kerugian yang diakibatkan mencapai milliaran rupiah.
Sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab dari pemerintah, kemudian dibangunkan pasar baru yang berlokasi 300 meter dari pasar lama, persisnya di sebelah barat pasar lama. Pasar baru tersebut dibangun atas dana dari APBN dengan luas 1 hektar lebih.
Dengan pasar baru tersebut perekonomian masyarakat Piyungan mulai bergeliat kembali.

Sementara itu sebagai bentuk partisipasi supaya pasar Piyungan bisa ramai, karang taruna Desa Srimulyo menyelenggarakan festifal budaya dengan menampilkan aneka kesenian tradisional seperti jatilan, barongsai dan reog. Kegiatan kesenian tersebut diselenggarakan setiap hari Minggu. menurut salah seorang tokoh masyarakat Piyungan, Mulyono, S.Pd kegiatan kesenian tersebut disamping untukj mengangkat budaya lokal juga mampu menyedot pengunjung pasar, "memang semenjak ada kesenian tradisional yang digelar oleh karang taruna Desa Srimulyo tersebut, pengunjung pasar piyungan semakin banyak dan pasar bertambah ramai", ujar Mulyono.